Translate This Page

Kitab Tentang Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Rasulullah Saw. | Bagian 3

Baca Sebelumnya (Bagian 2)


7.   Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Abu Sufyan bin Harb pernah memberitahukan kepadanya bahwa Heraclius pernah mengirim utusan kepadanya ketika dia memimpin suatu kafilah suku Quraisy. Ketika itu mereka berniaga di Syam pada saat gencatan senjata antara Rasulullah Saw. dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy. Abu Sufyan dan rombongannya menemui Heraclius ketika mereka berada  di Ilya (Yerusalem). Heraclius yang didampingi oleh para pembesar Romawi memanggil Abu Sufyan dan rombongannya melalui  seorang penerjemah. Heraclius bertanya “Siapa di antara kalian yang paling dekat hubungan kerabatnya dengan orang yang mengaku dirinya nabi itu?” 2  Abu Sufyan menjawab: “Saya”. Kata Heraclius: “Suruh dia mendekat kemari dan suruh teman-temannya berada di belakangnya”. Kata Heraclius kepada penerjemahnya: “Katakan kepada mereka bahwa aku akan bertanya mengenai orang yang mengaku menjadi nabi itu  dan jika dia (Abu Sufyan) berdusta, katakan bahwa dia (Abu Sufyan) berdusta”. Kata Abu Sufyan: “Demi Allah! Jika ketika itu saya tidak merasa malu dan takut dituduh bohong oleh teman-teman saya, niscaya saya akan memberikan jawaban dusta kepada Heraclius tentang Nabi. Pertanyaan pertama yang ditanyakan Heraclius kepada saya adalah, ‘Bagaimana nenek moyang laki-laki yang mengaku menjadi nabi itu?’ Saya menjawab, ‘Dia keturunan orang-orang terhormat’.’ Tanya Heraclius selanjutnya, ‘apakah ada orang lain sebelum dia dari sukumu yang mengaku menjadi nabi?’ Saya menjawab, ‘Tidak ada’. Heraclius bertanya lagi, ‘Apakah nenek moyangnya ada yang menjadi raja?’ Saya menjawab, ‘Tidak ada’. Tanya Heraclius selanjutnya, ‘Apakah pengikutnya kaum bangsawan ataukah rakyat biasa?’ Saya menjawab, ‘Rakyat biasa’. Tanya Heraclius lagi, ‘Pengikutnya terus bertambah ataukah berkurang?’ Saya menjawab, ‘Terus bertambah’. Heraclius bertanya lagi, ‘Apakah ada salah seorang pengikutnya yang keluar dari agamanya karena tidak suka setelah memeluknya?’ Saya menjawab, ‘Tidak ada’, Heraclius bertanya lagi, ‘Apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum dia mengaku menjadi nabi?’ Saya menjawab, ‘Tidak pernah’. Tanya Heraclius selanjutnya, ‘Pernahkah dia ingkar janji?’ Saya menjawab, ‘Tidak pernah’. Sekarang ini kami sedang mengadakan gencatan senjata dengannya kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat dalam gencatan senjata ini’. Kata Abu Sufyan: “Tidak saya temukan satu katapun untuk menyangkal Heraclius kecuali kata yang terakhir tadi”. Heraclius bertanya lagi, ‘Apakah kalian pernah berperang dengannya?’ Saya menjawab, ‘Pernah’. Tanya Heraclius lagi, ‘Bagaimana peperangan tersebut?’ Saya menjawab, ‘Dia pernah menang dan kami juga pernah menang’. Heraclius bertanya lagi, ‘Apa yang dia serukan kepada kalian?’ Saya menjawab, ‘Dia menyeru kami menyembah Allah satu-satu-Nya tanpa mempersekutukan sesuatu dengan-nya dan menyeru kami meninggalkan meninggalkan tuhan-tuhan yang disembah oleh nenek moyang kami. Dia juga menyuruh kami mengerjakan sholat, berkata dan berlaku jujur, menjaga kesucian diri dan menyambung sanak famili’. Kata Heraclius kepada penerjemahnya: “Katakan kepadanya (Abu Sufyan), ‘Aku tanyakan kepadamu tentang nasab laki-laki yang mengaku menjadi nabi itu lalu kamu menjawab bahwa dia keturunan orang-orang terhormat, memang begitulah para rasul selalu diutus dari nasab yang mulia. Aku tanyakan kepadamu, ‘Apakah ada orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi nabi?’, lalu kamu menjawab, ‘Tidak ada’. Kalau ada orang lain sebelum dia mengaku menjadi nabi, maka dia hanya meniru ucapan orang lain tersebut. Aku tanyakan kepadamu, ‘Apakah ada sala seorang nenek moyangnya yang menjadi raja?’, lalu kamu menjawab, ‘Tidak ada’. Kalau ada salah seorang nenek moyangnya yang menjadi raja berarti dia menuntut kembali kerajaan nenek moyangnya.
Aku bertanya kepadamu, ‘Apakah kamu pernah menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan bahwa dia seorang nabi?’, lalu kamu menjawab, ‘Tidak’. Aku yakin bahwa dia yang tidak pernah berkata dusta kepada semua orang itu tidak akan berdusta tentang Allah. Aku bertanya kepadamu, ‘Apakah pengikutnya orang-orang bangsawan ataukah rakyat biasa?’, lalu kamu menjawab, ‘Rakyat biasa’. Memang pengikut para rasul itu kebanyakan rakyat biasa. Aku bertanya, ‘Apakah pengikutnya terus bertambah atau berkurang?’, lalu kamu menjawab, ‘Terus bertambah’, memang demikianlah iman yang benar kalau sudah mantap.
Aku bertanya kepadamu, ‘Apakah ada salah seorang pengikutnya yang keluar karena tidak senang setelah memeluk agamanya?’, lalu kamu menjawab, ‘Tidak ada’. Memang begitulah iman kalau sudah meresap kedalam hati. Aku bertanya kepadamu, ‘Apakah dia pernah menginkari janji?’, lalu kamu menjawab, ‘Tidak pernah’. Memang para rasul tidak ada yang ingkar janji. Aku bertanya kepadamu, ‘Apa yang dia serukan kepadamu?’, lalu kamu menjawab, ‘Bahwa dia menyeru kamu menyembah Allah satu-satun-Nya tanpa kamu sekutukan sesuatu dengan-Nya dan dia melarang kamu menyembah berhala, menyuruh kamu mengerjakan sholat, berkata dan berlaku jujur, serta menjaga kesucian diri’. Jika apa yang kau katakan itu benar, maka tidak lama lagi dia akan menduduki tempat kedua kakiku ini. Aku tahu (dari kitab Injil) bahwa wilayah kekuasaannya akan meluas. Tapi aku tidak yakin kalau dia berasal dari kaummu. Seandainya aku tahu aku bahwa bisa bertemu dengannya tentu aku akan segera menemuinya. Kalau kau berada disisinya tentu akan aku basuh kedua kakinya’. Kata Abu Sufyan: “Setelah itu Heraclius meminta surat yang dikirimkan Rasulullah Saw. melalui Dihyah kepada gubernur Bushra. Kemudian surat tersebut diserahkan kepadanya dan dibacanya, yang isinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya, ditujukan kepada Heraclius, penguasa Byzantium. Kedamaian bagi orang yang mengikuti jalan kebenaran. Selanjutnya aku mengajak anda dengan seruan Islam. Masuk Islamlah, maka anda akan selamat lalu Allah akan memberi anda pahala dua kali lpat, tetapi jika anda menolak seruan masuk Islam ini, maka anda akan menanggung dosa kaum Arisiyyin. Aku tuliskan di dalam surah ini firman Allah Swt. (yang artinya): “Hai ahli kitab! Marilah kita bersatu dalam kata yang sama antara kami dengan kalian bahwa kita tidak menyembah selain Allah, dan bahwa kita tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, serta sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai sesembahan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah, ‘Saksikanlah bahwa kami orang-orang yang berserah diri kepada Allah”. {Al-Quran, surah Ali Imran ayat 64}. Kata Abu Sufyan, ‘Begitu Heraclius selesai berbicara dan membaca surat itu, ruangan pertemuan tersebut menjadu gaduh dan suara-suara keraspun bersahutan sehingga kami disuruh keluar’. Saya katakan kepada teman-teman saya, ‘Sungguh hebat putra Abu Kabsyah (julukan yang diberikan oleh Abu Sufyan untuk memperolok Nabi Saw.), sehingga dia ditakuti oleh raja Bani Ashfar dan saya selalu percaya bahwa dia akan menjadi penakluk, sehingga akhirnya Allah membuatku menjadi pemeluk Islam.3


catatan kaki:
2. Maksudnya adalah Nabi Muhammad Saw.
3. Abu Sufyan ketika itu belum masuk Islam. Dia masuk Islam ketika penaklukan Mekkah (yaum al-fath), yang kemudian menjadi mertua Nabi Saw.


sumber: RINGKASAN HADIS SHAHIH AL-BUKHARI disusun oleh Imam Az-Zabidi - Pustaka Amani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar